Hal yang Belum Banyak diketahui Kita-Kita,  Keunggulan Kedelai Petani Indonesia

    Hal yang Belum Banyak diketahui Kita-Kita, Keunggulan Kedelai Petani Indonesia

    Kebutuhan Kedelai

    Kebutuhan kedelai dalam negeri di Indonesia sebagian besar mencapai 95% tahun ini dipenuhi dari Kedelai import sebagian besar dari USA yang berjenis GMO (Rekayasa Genetik).  Harga kedelai dipasaran supermarket saat ini utk kedelai hitam petani sebesar Rp 22.000 hingga Rp 24.000. Demkian juga Kacang Hijau, sebesar Rp 20.000 sd 24.000.  Kedelai hitam dan Kacang hijau yang ditanam petani jenisnya murni non GMO. Sementara Harga Kedelai Import GMO sebesar Rp 9.600 ditingkat pengrajin tahu tempe, di Kopti oleh Importir diberikan Harga dikisaran Rp 8.400 sd 8.600.  

    Kedelai kuning yang ditanam petani jenis murni Non GMO saat inipun dihargai sama bahkan lebih rendah dengan harga kedelai import sebesar kurang dari Rp 9.600.  Untuk dipergunakan menjadi bahan baku tempe dan tahu, masyarakat dan pengrajin masih cenderung tidak dapat membedakan kedelai kuning GMO dan Non GMO ini. Hal inipun kini berdampak, harga kedelai kuning hasil panen yang jenisnya non GMO dipasaran dijual petani dan dibeli pengrajin tahu dan tempe dengan harga murah sebesar Rp 9.600. Sementara kedelai hitam dan kacang hijau dihargai cukup tinggi dipasar Rp 22.000 sd 24.000.  

    Kedelai Kuning non GMO

    Kedelai kuning non GMO bagi Industri yang mendatangkan import khusus non GMO, harganya lebih tinggi dari Import jenis Kedelai GMO.  Kondisi inipun berdampak, makin menyusutnya lahan lahan kedelai ditanah air dan kebutuhan import kedelai GMO makin tidak dapat ditahan dan hampir  saat ini kesemuanya untuk kedelai dalam negeri sudah bergantung pada pasokan kedelai GMO di Masyarakat utk produksi Tahu dan Tempe. 

    Kebutuhan kedelai nasional oleh masyarakat sebesar 3,4 juta ton hampir sebagian besar dipergunakan untuk produksi tempe 60%, tahu 30 % dan sisanya dipergunakan untuk produk olahan yang lainnya seperti kecap, susu kedelai, dsb. Sekor Usaha Kecil Menengah yang mengolah kedelai menjadi tahu tempe di Indonesiapun mencapai angka 115.000 hingga 125.000 lebih. UKM inipun melibatkan dan memberikan nafkah 2,5 hingga 3 juta orang. Angka yang sangat tinggi, betapa pentingnya peran kedelai dalam menunjang produksi pangan tahu dan tempe yang hampir sebagian besar masyarakat familiar dengan ini. Konsumsi tempe pun ditingkat perkapita penduduk di Indonesia sebesar 7 Kg / tahunnya dan tahu sebesar 6,6 kg/tahunnya. 

    Harga Kedelai

    Harga kedelai menjadi kunci insentif untuk membantu petani kedelai sehingga di tahun tahun mendatang agar bisa meningkatkan animo petani untuk menanam kembali. Perlindungan petani terhadap produk pasca panen kedelai dapat diterapkan melalui berbagai hal :

    1. Upaya proteksi harga dan subsidi harga ke petani melalui Kebijakan Pemerintah. Dalam hal ini peran Bulog untuk komoditi dapat dilakukan di masing masing daerah untuk membeli kedelai petani ditingkat Harga Pokok Produksi. Dengan demikian, penentuan HPP oleh Pemerintah akan dapat diterapkan dilapangan, petani mendapatkan harga jual yang minimumnya sama dengan HPP.
    2. Upaya Masyarakat untuk disadarkan pentingnya memilih produk pangan dari bahan baku kedelai lokal dibandingkan dengan produk pangan dari bahan baku kedelai import. Kedelai lokal ukuran biji besar yang sama bahkan sedikit lebih besar dari kedelai import seperti varietas Grobogan, Anjasmoro, burangrang bersifat non modifikasi genetik ( non-GMO/ Genetically Modified Organism), warnanya lebih cerah dan lebih aman untuk konsumsi pangan. Pandangan sementara para pengrajin yang menilai kedelai lokal ukurannya kecil kecil dan kurang baik kualitasnya adalah kurang pada tempatnya.  Sebaliknya, kedelai import malah bersifat sebaliknya, berasal dari rekayasa genetik/transgenik (GMO), warna lebih kusam dan masih pro dan kontra untuk pangan dari bahan GMO seperti ini. Di negara maju seperti di Uni Eropa, penggunaan bahan baku pangan dari bahan GMO telah banyak ditolak saat ini, minimumnya harus menyantumkan label agar konsumen mengetahui dari GMO atau Non-GMO guna perlindaungan keamanan pangan. Hasil pengujian Kimia dan Biokimia, kandungan lemak pada kedelai lokal justru lebih rendah dan kandungan proteinnya lebih tinggi. Hal ini merupakan keuntungan yang didapatkan konsumen jika mengkonsumsi bahan kedelai lokal.
    3. Menggalakkan penguatan produksi kedelai tidak hanya ditingkat on farm namun juga pada tingkat off farm di kelompok usaha tani dan masyarakat petani kedelai.  Proses produksi pengolahan kedelai misalnya saat dijadikan tahu dan tempe di masyarakat saat ini cenderung kurang higienitasnya dari sisi pekerja yang mengolah, penggunaan peralatan dan penanganan limbah seperti limbah tahu yang kalau tidak diperhatikan akan menimbulkan bau dan keresahan masyarakat disekitarnya. 4. Program berkelanjutan pada komoditi kedelai yang melibatkan peran dari Pemerintah daerah dan jajarannya, lembaga litbang, institusi pendidikan tinggi, petani dan gabungan kelompok tani. Dengan demikian, komoditi kedelai yang memiliki peran strategis ke tiga setelah padi dan jagung di Indonesia akan dapat ditingkatkan dan swasembada kembali mengingat komoditi ini sangat penting dalam menunjang produk Tempe sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang di akui oleh Dunia. Kita tidak menginginkan, tempe yang dirujuk oleh dunia ini, nantinya justru produksinya sangat bergantung pada import seperti yang terjadi saat ini. 

    Login Anggota